Surat untuk Ayah yang Tak Pernah Ada

Surat
" Selamat pagi Yah,hari ini aku semakin bisa menulis rapi.Aku berjanji akan terus berlatih.aku juga akan buktikan ke Ayah kalau aku bisa menjadi penulis suatu hari nanti."
Malam berlalu penuh dengan kesunyian,namun mata Fiyah enggan mengatup.Hari silih berganti ,waktu berlalu tanpa kenangan yang bisa terukir jelas dalam benak Fiyah.Kepolosan cintanya terhadap Ayahnya akan selalu ia ukir dalam tulisan yang akan selalu menyimpan kenangan itu. Ada begitu banyak hal yang seharusnya bisa ia lakukan bersama Ayahnya.Setidaknya itu yang ia harapkan. 

Surat
"Seperti biasa,aku akan tetap menulis.Apapun yang terjadi, kehilangan waktu bersamamu takkan menghilangkan secuilpun rasa sayangku padamu Ayah.Hingga akhirnya aku akan tetap berusaha terus disini setiap hari mengukir puisi untuk dirimu yang kurindukan."
Kesendirian menjebak Fiyah pada kekosongan denting jam yang bergerak tanpa memberi sedikit saja waktu bersamanya.Tidak ada. 

Surat
"Tahukah Ayah,hari ini aku tertidur dikelas.menunggumu sampai tengah malam membuatku mengantuk dan tidak konsen dalam pelajaran.Suatu malam Aku terbangun melihat keruang tamu.Lagi - lagi Ayah tidak ada.Ternyata hanya mimpi.Suara itu hanya mimpi."

Surat
"Kamu tidak lagi berada disini,walau hanya untuk duduk diam atau sekedar menikmati duniamu sendiri.Mungkin kita tidak bisa melakukan lebih.Tapi aku rasa seperti itu cukup.Membayangkan wajah yang tertutup kabut itu.Aku yakin itu kamu." 

Senja berlalu dan malam kembali datang .Lagi-lagi tanpa bintang.Fiyah sudah semakin remaja.Tetap saja ia masih berjalan sendiri tanpa Ayah,tanpa kenangan dan selalu kembali pada kesendirian. 

Surat
"Ayah,hari ini kami akan pindah keluar kota.Andaikan saja Ayah disini.Andaikan saja Ayah bersama kami.Kita pasti akan pergi bersama.Tak sengaja,kemarin aku melihat Ibu membakar sebuah foto.Apakah itu fotomu Yah?" 

Surat
"Yah, hari ini aku memberanikan diri bertanya pada Ibu, seperti apa wajahmu?Dimana kamu tinggal?Mengapa kamu tidak pernah menemui kami?Mengapa kamu tidak merindukan kami? Namun,jawabannya sangat membuatku sedih"
" Ayahmu tidak pernah ada.Sudah jangan kau tanya lagi pada Ibu!"

Surat
"Aku kembali menangis, ketika melihat seorang lelaki yang berbeda lagi datang ke rumah hari ini.Seperti lelaki lain yang sering menjemput Ibu, lalu membawanya keluar setiap malam.Kadang aku mengira-ngira sendiri.Apakah dia yang berkumis tebal ,atau yang tinggi jangkung seperti om Fadli.Atau malah yang datang hari ini.Yang akan membawa kami pergi dari rumah ini.Ntahlah Yah.Ibu selalu bilang,Ayahku tidak pernah ada.Apakah sebenarnya memang seperti itu?"

Surat -surat untuk Ayahnya,yang setiap kali ia masukan kedalam sebuah kaleng.Yang kemudian dia kubur dibawa pohon rindang di samping rumahnya. 

Surat terakhir
"Ayah,sebenarnya aku tidak pernah lelah menulis surat untukmu.Namun kesedihan dan rasa kecewa ini,ketika mengetahui bahwa engkau tak pernah ada,aku semakin tak yakin kelak engkau mau membalas suratku.Setidaknya membaca.
Ayah,dimana sebenarnya dirimu?


Dari Afiyah Cantika.Anakmu yang sangat merindukanmu.
Untuk Ayah yang tak pernah ada."

Comments

Popular Posts