Bingkisan Manis-Ukhuwah yang sering kau pertanyakan
[Prosa]
Mereka bertanya, mengapa masih ada duka di setiap sisi keindahanmu? Mengapa masih ada ruang yang menyisakan keperihan dan air mata?
Mereka bertanya, mengapa masih ada duka di setiap sisi keindahanmu? Mengapa masih ada ruang yang menyisakan keperihan dan air mata?
Mereka bertanya, mengapa jalan masih terasa berliku, di antara pancaran kasih sayang
yang kau tawarkan dalam dekapanmu?
Atau mungkin hati kami yang mestinya dipertanyakan? Ataukah keluh kami yang mestinya dihentikan?
Katanya, perjalanan ini terasa berat, padahal bibir tetap menarikan
keikhalasan. Katanya, hati ini masih saja sering tercabik, padahal senyum masih
begitu merekah menghias wajah.
Setiap mata berhimpun, namun hati menanggalkan keegoisan, dan
mulut memutarkan untaian keluh yang selalu memberi racun.
Saudara. ukhuwah yang sering kau katakan, bukankah itu terlihat indah? Walau terkadang hati tak mampu
berkompromi.
Selalu saja mencoba mencari sisi yang menyisihkan. Keluh yang terkadang bersembilu. Dan kasih yang terkadang tak mengasihi.
Selalu saja mencoba mencari sisi yang menyisihkan. Keluh yang terkadang bersembilu. Dan kasih yang terkadang tak mengasihi.
Sudahlah, tak perlu kau dustakan warna yang tak selamanya
bisa memberi warna yang sebenarnya. Tak perlu kau risaukan daun yang tak
selamanya saetia memeluk tangkai.
Karena tak setiap saat pagi memuji semangatmu dan takkan tetap air mengalir dengan kecepatan yang sama.
Karena tak setiap saat pagi memuji semangatmu dan takkan tetap air mengalir dengan kecepatan yang sama.
Kita memang sering bericara tentang ukhuwah. Walau
kenyataannya tak seindah cerita, namun tetap saja kita menginginkan ia besemayam
suci di hati. Bukankah begitu?
Ukhuwah hadir bersama angin, menyelisir di antara hati-hati yang
selalu menguntai doa rabitah. Hati-hati yang lembut dan bersih. Juga jiwa yang selalu mencoba membuang larah yang
selalu menggoda.
Ukhuwah, ia bagaikan buah dari pohon yang tumbuh dengan kebahagiaan. Ia
akan terasa nikmat jika berbuah dengan keikhlasan.
Hati
Hati adala kunci baginya. Kunci yang sering kita remeh-temehkan
juga kita salah gunakan.
Padahal bersamanya, kita akan lebih mudah menapaki terjalnya
prasangka yang selalu menjadi pertanyaan besar. Gelapnya mata yang selalu
menghindar untuk menikmati keindahan ukhuwah yang sebenarnya.
Ia hadir dalam bentuk bingkisan manis dan hanya untuk hati
yang manis.
Ukhuwah tak pernah menghilang, ia hanya terkunci dan masih
tetap di sini.
Kita hanya perlu
membukanya dengan hati yang selalu terhias dengan rabitah. Hati yang selalu
punya cara untuk tetap bersih dan suci.
Karena sebaik apapun caramu menghadirkannya, jika hati masih
belum berhimpun dalam tali kasih dan ketulusan, ukhuwah takkan mungkin hadir.
Karena hati adalah kunci dari ukhuwah.
Comments
Post a Comment